Peneliti Muda Denpasar Harus Puas Dengan 4 Perunggu di Ajang CASTIC 2018

Beritabali.com, China. Dua peneliti muda Denpasar harus puas dengan hanya memperoleh 4 perunggu dalam ajang China Adolescents Science & Technology Innovation Contest (CASTIC) 2018 di Congqing, China. Kedua peneliti tersebut yaitu Ni Made Galuh Cakrawati Dharma Wijaya yang merupakan siswi SMPN 3 Denpasar dan Ketut Utari Mustika Putri yang merupakan siswi SMAN 3 Denpasar. 

Galuh menyabet dua perunggu untuk kategori international project dan China-Asean Youth Science. Utari juga mendapatkan 2 perunggu dari kategori yang sama. Galuh membawakan hasil penelitiannya yang berjudul “Green Floor Board (Comparisan of Combination From Dried Ketapang Plant (Terminalia catappa), Rice Straw (Oryza sativa), and Egg Shell)”. Sedangkan Utari membawakan hasil penelitian berjudul “Biocomposite Noise Absorbers From Fiber Bunches Empty palm Oil and Rice Husk Ash”.

Bagi Galuh, ajang CASTIC merupakan lomba paling berkesan, karena pesertanya lebih dari 50 negara. Galuh mengakui ajang CASTIC merupakan ajang paling besar yang pernah diikuti, walaupun hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan harapan. “Walau hasilnya tidak seperti yang saya harapkan, saya berharap tahun depan saya hadir lagi dengan hasil yang lebih baik lagi” ujar Galuh ketika dikonfirmasi melalui telphon pada Minggu (19/8).

Sementara Utari menyatakan sangat bangga bisa mengikuti ajang yang sangat spesial, apalagi fasilitas yang disediakan benar-benar mewah. “Fasilitas yang diberikan benar-benar mewah, untuk lombanya sendiri juga benar-benar rapi, teratur dan megah. Seru pokoknya, senang bisa membawa dua medali untuk Indonesia” ungkap Utari.

Ajang CASTIC 2018 yang berlangsung mulai 14-20 Agustus 2018 diselenggarakan oleh Kementerian Riset dan Teknologi China. CASTIC 2018 diikuti oleh 50 negara dari lima benua yaitu Amerika, Eropa, Asia, Afrika dan Australia.[bbn/Ananta/mul]

Sumber : https://www.beritabali.com/read/2018/08/19/201808190018/Peneliti-Muda-Denpasar-Harus-Puas-Dengan-4-Perunggu-di-Ajang-CASTIC-2018.html

Berawal karena Prihatin Kondisi Buruh, Mahasiswa ITS Raih 3 Penghargaan di KIYO, Korea Selatan

Nama Indonesia kembali disebut dalam ajang kompetisi internasional. Tepatnya pada saat ajang Korea International Youth Olympiad – Idea, Innovation, Invention, and Intellectual Property (KIYO 4I) di Seoul, Korea Selatan. Wakil dari Indonesia, diikuti tiga mahasiswa dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Jawa Timur. Mereka menampilkan inovasi – inovasi yang membuat juri memberikan nilai lebih dibandingkan peserta yang lain.

“Inovasi dari kami yaitu membuat sayap pesawat komersial lebih dinamis. Sayap hasil ciptaan ini terbukti sukses menghemat biaya penerbangan sebesar dua juta rupiah,” kata Pembimbing tim ITS Dr Adithya Sudiarno ST MT yang dikutip dari siedoo.com

Angka rupiah ini teruji dengan menggunakan sampel pesawat Boeing 737-900ER yang melakukan estimasi penerbangan Yogyakarta-Surabaya. Terbukti kinerja pesawat meningkat sebesar 17 hingga 23 persen.

Tim ITS terdiri dari Reza Aulia Akbar, Ragif Nova Riantama dan M Afif Purwandi. Selain inovasi tersebut, ketiganya juga berinovasi menciptakan alat untuk mendeteksi kelelahan melalui denyut jantung dan kedipan mata. Mereka secara keseluruhan berhasil mengantongi satu medali perak dan dua medali perunggu.

Inovasi yang diciptakan oleh mereka tidak lepas dari kondisi buruh internasional. Dilansir dari Organisasi Buruh Internasional, sekitar dua juta pekerja yang meninggal tiap tahunnya karena kecelakaan kerja. Di mana 32,8 persen diantaranya disebabkan oleh faktor kelelahan.

Inovasi tersebut yang dinamai Fatigue Detector (Fator) dan Masinis Fatigue Detector (Maftec) ini berhasil lolos menuju babak akhir di ajang KIYO 4I yang dihelat di Universitas Sejong, Seoul, Korea Selatan.

Menurut dosen ahli bidang Manajemen Operasional, Sensor kardiograf yang terpasang pada alat itulah yang mengukur seberapa cepat jantung berdenyut. Hasilnya kemudian dibandingkan dengan data dari jurnal untuk memperoleh tingkat kelelahan.

Untuk Inovasi Maftec berlomba di subkategori teknik dengan cara mendeteksi kelelahan melalui kedipan mata.

Diperoleh melalui image processing webcam berintensitas cahaya sebesar 16 lux, hasil hitungan kedipan mata tersebut kemudian dituangkan dalam Skala Kantuk Karolinska.

Alat ini akan mengirim sinyal getaran kepada pusat komando kereta api apabila tersimpulkan bahwa masinis yang bersangkutan mengantuk. Kedua alat ini masing-masing sukses menyabet medali perak dan perunggu.

Sumber : Siedoo.com

SMA Semesta di Japan Design, Idea & Invention Expo (JDIE) 2018

Nadia Raniya Hameeda & Risa Dwi Wulandari dari SMA Semesta meraih medali perak dalam ajang Japan Design,Idea and Invention Expo 2018. Nadia & Risa mendapatkan medali perak atas penelitian mereka yang berjudul : “The Hulk-ganic: Eco-friendly Organic Green Fungicide from Spirogyra Porticalis and Michelia Champaca Against Fusarium Wilt Disease”.

Tahun 2018 ini, Japan Design, Idea & Invention Expo digelar di Tokyo International Exhibition Center pada 3-5 Agustus, Tokyo-Jepang. Pertukaran ide dan wawasan antar peserta adalah tujuan paling utama diadakan Expo ini. Peserta yang mengikuti JDIE dapat berasal dari berbagai level. Kategori yang diperlombakan juga tidak hanya tentang invention atau design, seni teknologi dan pertunjukan juga bisa ikut serta. Dikutip dari www.wiipa.org Lebih dari 100 sekolah dan universitas di Jepang perpartisipasi pada JDIE.

 

Sumber : https://www.cosmotrap.com/sma-semesta-di-japan-design-idea-invention-expo-jdie-2018/

AMIKOM Yogyakarta raih medali emas dalam ajang World Invention Creativity Olympic (WICO) Award 2018 di Seoul

AMIKOM Yogyakarta berhasil meraih medali emas di World Invention Creativity Olympic (WICO) Award 2018 (4/8) di Seoul, Korea Selatan. Dengan alat ciptaannya yang bernama fishgator, tim AMIKOM yang terdiri dari Anggit Dwi Hartanto, Mochammad Yusa dan Yudhis Thiro Kabul Yunior menjuarai kategori Electric,  Electronic dan Komputer.

Fishgator merupakan platform berbasis IoT (Internet of Thing) pada budidaya ikan berbasis AI dan Sistem Manajemen Data.” Salah seorang anggota tim, Anggit menjelaskan, “fishgator memiliki beberapa fitur utama, antara lain, automatic feeder yaitu sistem pemberi makan otomatis pada ikan berbasis manajemen pakan untuk mengefisiensi jumlah pakan yang keluar.” Keunggulan lainnya adalah sistem monitoring kualitas air berbasis IoT yang dapat dipantau menggunakan smartphone. “Fishgator juga dilengkapi teknologi sistem sirkulasi circlebubble yang merupakan sistem sirkulasi oksigen yang berfungsi menstabilkan kadar oksigen dalam air;” papar Anggit.

Juri mengagumi keunggulan fishgator yang dapat meningkatkan hasil panen ikan yang sebelumnya hanya 24-40 persen menjadi 70 persen. Selain itu, food convertion ratio menjadi sangat optimal, 1 kilogram pakan dapat menjadi 0,8-0,98 kg daging pada area kultivasi sehingga dapat menjadi optimal. “Di Korea juga ada produk yang mirip, tetapi fishgator memiliki fitur yang sangat lengkap dengan harga yang murah,” ujar seorang juri.​

WICO merupakan event internasional untuk memamerkan produk kreativitas mahasiswa yang memiliki peluang memasuki industri atau pasar. Produk-produk ciptaan yang dipamerkan terdiri dari  kategori Architecture,  Environment and Biology,  Health and Medical Item,  Electric, Electronic and Komputer,  Stasionery and Education,  Otomotive,  Transportation,  and Machines. Event yang diadakan di SETEC Convention Center Seoul, Korea Selatan dari tanggal 2-4 Agustus 2018 ini, diikuti oleh lebih dari 20 negara termasuk Indonesia.

 

Sumber : https://www.kemlu.go.id/seoul/id/berita-agenda/berita-perwakilan/Pages/AMIKOM-Yogyakarta-raih-medali-emas-dalam-ajang-World-Invention-Creativity-Olympic-(WICO)-Award-2018-di-Seoul.aspx

Sisma Raih Medali Perak di WICO 2018 Korea Selatan

BALIPORTALNEWS.COM, DENPASAR – SMAN 7 Denpasar (Sisma) dalam ajang World Invention Creativity Olympic (WICO) 2018 di Seoul, Korea Selatan, berhasil meraih prestasi yang membanggakan. Sisma yang mengirim tiga tim terdiri atas sembilan siswa sukses menyabet tiga medali perak.

Tim pertama yang terdiri dari lima siswa yakni I Made Deva Usadantara kelas XII MIPA 8, Pradnya Rani Hermizal (XII MIPA 8), Putu Raditha Chintia Wardhani (XII MIPA 8), Ni Nyoman Ritaro Hari Wangsa (XII MIPA 9), dan I Gede Arya Nata Wijaya kelas XII MIPA 7, meraih perak berkat penelitian ‘’Mengkaji potesi tuak nira atau air nira sebagai pengganti insulin pada penderita diabetes’’.

Arya Nata mengungkapkan, diabetes merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh kadar gula yang berlebih dalam darah. Diabetes menjadi salah satu penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat dunia, salah satunya Indonesia.

Umumnya, seseorang dapat terkena diabetes karena tubuhnya tidak memproduksi insulin akibat sel-sel beta di pankreas rusak atau hancur. Insulin diperlukan tubuh untuk mengontrol kadar gula dalam darah. Tentunya, Insulin-insulin buatan dapat menimbulkan efek samping bagi penggunaan jangka panjang pada tubuh.

Dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa tuak nira secara signifikan mampu mengurangi kadar gula, tapi tuak nira tidak mampu secepat insulin dalam menurunkan kadar gula pada darah.

‘’Kami berusaha untuk menemukan insulin yang terbuat dari bahan alami untuk mengurangi efek samping yang biasa ditimbulkan oleh penggunaan insulin buatan. Insulin tersebut berasal dari pohon aren yang biasa disebut dengan air nira,’’ terangnya.

Tim kedua atas nama Ellicia Emerliwati kelas XII IPS 2 dengan karya ilmiah berjudul ‘’Kombinasi ekstrak dot (ampas teh) (camellia sinensis) dan ekstrak daun pegagan (centella asiatica) sebagai insektisida alami mealybug (pseudococcus spp). Ia mengungkapkan, kutu putih (Pseudococcus spp.) merupakan hama parasit yang terdapat di permukaan daun yang bersifat polifag atau mempunyai banyak jenis tanaman inang.

Kutu putih memiliki potensi dapat merugikan ekonomis yang sangat tinggi, karena hama ini merusak dengan cara mengisap cairan tanaman. Gejala tanaman yang terkena serangan kutu putih yaitu tanaman gagal membentuk tunas baru, daun tua akan menguning, layu, dan rontok satu per satu.

Pada serangan parah, tanaman akan menguning, layu, lalu mati. Biasanya hama ini bersarang di buku-buku tanaman atau permukaan daun muda, dan bisa merusak ujung akar maupun batang bawah tanaman.

‘’Pada penelitian yang kami lakukan kombinasi ampas teh (Camellia sinensis) dan daun pegagan (Centella asiatica) berpotensi sebagai bio-insektisida terhadap hama kutu putih (Pseudococcus spp.) pada tanaman Kamboja (Plumeria acuminata),’’ ujarnya.

Tim ketiga terdiri dari tiga siswanya juga berhasil meraih medali perak dan prestasi terbaik, kreativitas, serta inovasi yang luar biasa atas nama Ni Komang Widiantari Maharani kelas XI MIPA 9, Andi Namira Rachmaninov Saransi kelas XI MIPA 3, dan Ida Ayu Saskara Tranggana Suari kelas XI MIPA 1. Adapun yang diangkat berjudul ‘’Serat dulang dari mikropartikel karbon daun nyamplung kering’’.

Kepala SMAN 7 Denpasar Cokorda Istri Mirah Kusuma Widiawati, mengungkapkan, raihan medali perak di WICO 2018 Korea Selatan, sebuah prestasi luar biasa. Ke depannya, SMAN 7 Denpasar akan lebih mampu bersaing kembali di kancah nasional maupun internasional.

‘’Prestasi yang dicapai para siswa merupakan kebanggaan bagi sekolah. Momen ini akan terus dipertahankan demi kemajuan SMAN 7 Denpasar untuk lebih baik lagi nantinya,’’ pungkasnya. (tis/bpn)

 

Sumber : http://baliportalnews.com/2018/08/sisma-raih-medali-perak-di-wico-2018-korea-selatan/

Peneliti Muda Denpasar Raih 2 Emas di Ajang WICO Korea Selatan

Beritabali.com, Denpasar. Peneliti Muda Denpasar berhasil meraih 2 emas dalam ajang World Invention and Creativity Olimpiad (WICO) 2018 di Seoul, Korea Selatan. WICO yang merupakan  kompetisi penelitian digelar pada  Sabtu, (4/8) dan diikuti 19 negara dari Asia, Amerika dan Afrika.

Peneliti muda Denpasar berhasil meraih 2 emas dan 8 perak. Emas disumbangkan oleh tim peneliti dari SMAN 3 Denpasar dan tim gabungan SMPN 3 Denpasar dengan SMUN 4 Denpasar.
Selain mendapatkan emas tim peneliti muda dari SMPN 3 Denpasar juga mendapatkan best of the best. Best of the best tersebut diraih oleh Ni Made Galuh Cakrawati Dharma Wijaya dan kawan-kawan pada penelitian superkapasitor dari tanaman ketapang.
Tim dari SMAN 3 Denpasar juga mendapatkan spesial award dari India. Spesial award juga didapatkan oleh SD Cipta Dharma dari Asosiasi Penelitian Internasional (WIPA).
Sementara 8 perak disumbangkan oleh SMAN 3 Denpasar (1 perak), SMAN 2 Denpasar (1 perak), SMAN 7 Denpasar (3 perak),  SMPN 3 Denpasar   (2 perak),  dan SD Cipta Dharma (1 perak). (bbn/rls/rob)
Sumber : https://www.beritabali.com/read/2018/08/05/201808050001/Peneliti-Muda-Denpasar-Raih-2-Emas-di-Ajang-WICO-Korea-Selatan.html