Indonesia Borong Penghargaan Ajang Inovasi di SIIF 2018

TIM Indonesia berhasil meraih penghargaan diajang Inovasi bergengsi dunia, Seoul International Invention Fair (SIIF) 2018 yang berlangsung 6-9 Desember 2018 di COEX Exhibition Hall, Kota Seoul, Korea Selatan.

Sebanyak 606 proyek inovasi dipamerkan diajang SIIF 2018. Indonesia menjadi negara terbesar keempat mengirimkan proyek inovasi yaitu sebanyak 41. Kegiatan SIIF diikuti lebih dari 33 negara di antaranya Indonesia, Korea, Taiwan, Thailand, Malaysia, Vietnam,  China, Arab Saudi, Kroasia, Rusia, Uni Emirat Arab, Swiss, Iran, Oman, Qatar, Amerika, Polandia, serta berbagai universitas dan perusahaan.

Director Indonesian Invention and Innovation Promotion Association (Innopa), Megaria Agustina, melalui keterangan tertulis yang diterima Minggu (9/12), mengemukakan tahun ini inovasi Indonesia yang dibawahi oleh Innopa berhasil menyabet 1 grand prize, 10 medali emas, 6 perak, 21 perunggu, dan berbagai penghargaan spesial lainnya dari berbagai negara.

Megaria mengutarakan, SIIF merupakan acara pameran dan kompetisi inovasi tahunan yang diselenggarakan oleh Korea Invention Promotion Association (KIPA) didukung oleh Korea Intellectual Property Organization (KIPO), World Intellectual Property Organization (WIPO), dan International Federation of Inventors Association (IFIA).

Adapun 41 karya inovasi yang mengikuti kegiatan SIIF adalah PT Pertamina Persero, Universitas Mercu Buana, Universitas Airlangga, Universitas Diponegoro, Universitas Brawijaya, Universitas Gadjah Mada, Institut Pertanian Bogor,  Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Muhammadiyah Malang, STIFA Makassar, UIN Alaudin Makassar, Institut Teknologi Sumatra Utara, SMAN 1 Matauli Pandan, SMAN 3 Denpasar Bali, SMAN 1 Sidoarjo, dan SMAN 3 Sidoarjo.

Inovasi dari PT Pertamina (Persero) berhasil meraih 4 medali emas di ajang SIIF 2018 dan special prize dari Polandia, Kroasa, Arab Saudi, Thailand, Rusia, dan Iran. Ini merupakan pencapaian yang luar biasa, di mana Pertamina merupakan satu-satunya perusahaan yang mengikuti ajang SIIF dari Indonesia.

Namun tidak kalah menarik, inovasi dari Universitas Brawijaya juga berhasil menyabet Grand Prize utama dengan judul inovasi Mang.ID. (RO/OL-1)

Mahasiswa UGM Raih Tiga Penghargaan di Thailand Inventors Day 2019

 

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Civitas akademika Universitas Gadjah Mada (UGM) kembali menorehkan prestasi. Kali ini, tim mahasiswa UGM yang mengikuti even Thailand Inventors Daypada 2-6 Februari di Bangkok, berhasil meraih 3 penghargaan internasional sekaligus.

Penghargaan itu berupa Gold Medal dari kategori Medicine and Public Health, The Best Interational Invention and Innovation of Social and Quality of Life Award dari National Research Council of Thailand, dan The Best Innovation dari India Innovation Association.

Prestasi itu didapatkan tim UGM yang berhasil mengembangkan inovasi alat kesehatan (alkes) bagi pasien asma anak dengan metode iontophoretic yang diberinama Asthlon.

Sang inovatornya adalah Kadek Hendra Darmawan dari Fakultas Farmasi; Abdillah Faisal Nur Fajar, mahasiswa FMIPA; Aron Bagas Dewantoro dari FMIPA, Christian Felix Napitupulu dan M. Abdurachman Fairuz dari Fakultas Teknik.

Thailand Investor Days merupakan kegiatan yang diselenggarakan oleh Kementerian Riset Tinggi Thailand bekerjasaa dengan World Investors and Promotion Association.

Acara ini diadakan sebagai ajang bertemunya para inventor dari berbagai belahan dunia untuk berbagai informasi dan mempresentasikan inovasi yang telah dikembangkan. Pada tahun ini diikuti tidak kurang dari 500 peserta dari benua Eropa, Amerika, Afrika, dan Asia.

Inovasi Pengobatan Iontohoresis

Ketua tim pengembang Asthlon, Kadek mengatakan, pengembangan prototipe tersebut dilakukan sebagai opsi alternatif dalam pengobatan asma. Sekaligus untuk melengkapi kekurangan pada pengobatan konvensional secara oral melalui pil, tablet, dan injeksi.

Inovasi yang diajukan berupa aplikasi metode iontophoresis. Metode tersebut merupakan cara terkini dalam sistem pemberian obat dengan menghantarkan obat yang bermuatan ke dalam kulit menggunakan arus listrik rendah.

“Kami memfokuskan inovasi pada kasus Moring Dip yang sering muncul pada penyakit asma pada pasien anak,” kata Kadek kepada wartawan di UGM, Senin (11/2/2019).

Kadek berharap tingkat kepatuhan pasien anak dalam menjalani pengobatan meningkat sehingga meningkatkan keberhasilan terapi asma. Sementara untuk menunjang keberhasilan terapi pada pasien, pihaknya juga mengembangkan aplikasi mobile.

Aplikasi tersebut juga dapat digunakan untuk mengontrol dan menghubungkan pasien dengan dokter sehingga memudahkan dalam proses monitoring pasien.

Aplikasi peralatan dilakukan secara transdermal yakni dengan meletakkan di bagian tubuh pasien. Selanjutnya untuk memantau jalannya terapi bisa dilakukan dengan menggunakan aplikasi mobile.

“Inovasi alat kesehatan ini diharapkan bisa berkontribusi dalam upaya pengobatan pasien asma,” terang Kadek, anggota tim mahasiswa UGM ini. (*)